Friday, February 26, 2016

Short Escape to Cirebon

















Bagi saya, sering kali keseruan liburan itu bukan karena tempat tujuannya, tapi karena teman perjalanannya. Kenapa? Karena kalau fokus hanya di tujuannya alias tempatnya, dan ternyata tempatnya tidak sesuai ekspektasi maka hancurlah sudah mood ini. Sudah tempatnya gak sesuai ekspektasi, temen perjalanan ikut ngedumel juga dan malah nyalahin yang rekomendasikan tempat, yaudah BYE! Saya penganut setia paham Trinity Naked Traveler, “it’s not about the destination but the journey”, maka inilah yang selalu saya gembor2kan tiap kali saya mengelola sebuah trip bersama teman2 saya.

“The journey”, inilah kenapa saya lebih milih “pergi sama siapa” dibandingkan “pergi ke mana”, karena ketika teman perjalanannya udah asyik, easy going, gak manja, mau susah, gak akan masalah tuh kalau tempatnya akhirnya ga sesuai ekspektasi, atau kalau tiba2 di perjalanan ada kejadian tak terduga, dan kejadian2 gak mengenakkan lainnya, seluruh kejadian selama perjalanan akan dinikmatin dan dibuat asyik bareng2. Ini juga lah alasannya akhirnya saya memutuskan ikut trip ke Cirebon, tempat yang awalnya menurut saya biasa dan gak seru2 banget, tapi karena perginya sama temen yang (kayanya) seru makanya saya mengiyakan ajakan tersebut.













Lima anak alay kota mencari penghiburan saat weekend ditengah kepenatan bekerja. Jumat sore kami kumpul di Gambir, dengan tiket kereta seharga 135ribu kami siap lari sejenak dari ibu kota. Kereta malam pun melaju dengan nada jugijagijuk ala elvi sukaesih. Saat berangkat kami duduk berbeda gerbong, 2 teman kami asyik tertidur di perjalanan sedangkan saya asyik bercerita dengan bu sutradara. Oiya, saya belum bilang, 5 orang ini adalah anak2 Rentak Harmoni yang-gagal-move-on.

Sampai di Cirebon kami langsung cari nasi jamblang, konon nasi jamblang ini terkenal sekali di Cirebon. Bentuknya seperti nasi kucing, bedanya nasinya disajikan menggunakan daun jamblang (daun jati) sebagai pembungkusnya. Nasi jamblang Mang Dul, di sinilah tempat kami mengisi perut yang sengaja tidak diisi dari Jakarta, hasilnya? Ini adalah nasi jamblang terenak yang pernah saya makan! *mungkin karena ini pertama kalinya kamu makan nasi jamblang kali ya jri -_-





















Selesai makan kami langsung ke hotel, Hotel Asri namanya. Sebenarnya banyak cerita lucu di hotel ini, tapi untuk kemaslahatan bersama sebaiknya off the record saja. Hotelnya menurut saya sangat nyaman, kamarnya luas, kamar mandinya oke, ada kolam renang dan tempat gym juga, dan di lantai dasar ada super market, very recommended. Berbeda dengan trip2 saya sebelumnya yang kebanyakan nginep di rumah warga, home stay, atau losmen, kali ini karna nginepnya di hotel jadi ada waktu lebih banyak untuk leyeh-leyeh menikmati setiap momen, berenang jadi pilihan saya untuk menghabiskan pagi di hotel.
*pemandangan dari salah satu sudut hotel*
















                                    Jika sebelumnya saya cenderung menjadi flash packer yang setiap trip pengennya ke banyak tempat, kali ini saya mendapat pengalaman trip gaya baru yang lebih santai. Trip 2 hari 2 malam ini kami hanya mengunjungi 2 tempat saja, Telaga Nilem dan Gua Sunyaragi. Enaknya jadi flashpacker kita jadi bisa mengunjungi banyak tempat, tapi gak enaknya adalah jadi kurang menikmati karena seperti dikejar2, jadi kesannya cuma dateng trus foto2 trus udah. Nah, kalau yang kemarin meski hanya ke-dua tempat saja tapi kami menikmati banget momennya, quality time dengan teman2, foto2, makan2, ngobrol2, santai, relax, tidak dikejar2, sangat menyenangkan.

Telaga Nilem, butuh waktu 1,5 jam dari hotel untuk menuju tempat ini. Akses jalannya sudah bagus, tapi di petunjuk jalannya yang tertulis Telaga Remis bukan Telaga Nilem. Di sini ada sebuah kolam telaga yang cukup besar, seukuran kolam renang telaga pada umumnya. Air di telaga ini jernih, dingin, dan menyegarkan sekali. Sangat direkomendasikan untuk membawa kacamata renang kalau mau berenang di sini, karna bisa keliatan hijaunya dasar telaga ini. Sangat tidak direkomendasikan membawa sampo, sabun, apalagi detergent beserta cucian kotor karna akan sangat menggoda untuk nyuci-nyuci cantik di pinggir telaga ini. Ayo kita jaga kebersihan tempat wisata yang kita kunjungi ya! Oh iya, untuk masalah kostum, jangan hanya gunakan Instagram untuk referensi outfit kamu ke sana ya, bisa2 salah kostum nanti kaya temen saya yang kesana pakai bikini baju renang mini.
*keliatan banget kan kalo kami (kaya) akrab :p





















Setelah asyik berenang, foto2 dengan berbagai gaya, berenang lagi sampai tangan keriput, perut pasti laper, nah yang paling asyik adalah di sini ada ibu-ibu penjual sorga dunia; mie rebus+telor! Lagi kedinginan trus makan mie rebus+telor+gorengan, yang ada di kepala saat itu cuma bisikan halus “Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan” *teary-eyed*. Nah, sayangnya di sini tidak ada tempat nyaman untuk bilas ataupun ganti pakaian, jadi ya harus cari semak2 untuk ganti pakaian basah kita, untuk yang wanita saya kurang perhatikan, tapi sepertinya ada tempat yang lebih tertutup dibandingkan semak-semak atau dibalik bebatuan.

Selesai dari Telaga Nilem awalnya kami mau ke pemandian air panas palimanan, tapi karna capek dan males nyasar2 cari lokasi akhirnya kami memutuskan untuk ke batik Trusmi. Selama di Cirebon kami sewa Yaris dan yang nyetir adalah temen kami, sebut saja Meiske, seorang perempuan urban yang bisa mengendarai berbagai jenis kendaraan di berbagai medan, sedangkan 3 cowok di rombongan ini hanya bantu doa sambil setia nyuapin snack ke cici Meiske supaya tetap fokus nyetir. Pulang dari Telaga Nilem kami tentu kelelahan, tapi ancaman diturunin di tengah jalan dari cici Meiske membuat kami secara impulsif nyanyi2 semua lagu Rentak Harmoni dari adegan 1-18 untuk menghilangkan kantuk *sambil impersonate dengan lebaynya gaya bernyanyi masing2 pemeran*. Di tengah teriakan dan lolongan kami saat bernyanyi, 2 orang tetap saja pules, sebut saja Elung *bukan nama sebenarnya* *bukan juga alat transportasi yang digunakan di film2 silat* *eh, itu elang!*, dan juga bu sutradara.
*salah satu foto favorit hasil jepretan bu sutradara*





















Saat hampir sampai ke Batik Trusmi kami memutuskan untuk jalan terus, gak mampir karna ga ada yang memang niat belanja, dan tujuan pun dilanjutkan ke Empal Gentong H. Apud. Ini tempat recommended banget, sate kambing mudanya, empal gentong, empal asem, semua rasanya nendang! Perut kenyang hati riang. Kami pun melanjutkan perjalanan ke Rumah Makan Klapa Manis. Tempat ini asyik banget buat nongkrong sama temen2, bisa liat city light Cirebon, ada live music, dekorasi tempatnya antik, luas juga, makanan dan minumannya enak gak mengecewakan, very recommended lah! Selesai makan2 kami foto2 dengan berbagai gaya dulu di sini, lightingnya oke bro!














Setelah sport jantung sebentar karena ganti sopir, sampe juga kami di hotel. Dan hari itu ditutup dengan makan nasi jamblang deket hotel.

Hari kedua, lokasi yang kami kunjungi berikutnya adalah Gua Sunyaragi. Kami baru cabut dari hotel jam 11-an setelah leyeh2 di hotel pagi harinya, ada yang renang, ngegym, dll. Gua Sunyaragi disebut juga Tamansari Sunyaragi, diambil dari bahasa Sanskerta; Sunya artinya sepi, Ragi artinya raga. Tujuan utama dibuat Tamansari ini adalah untuk tempat meditasi dan istirahat para Sultan dan keluarganya. Banyak ruang2 sempit yang bisa ditelusuri di Gua Sunyaragi ini, dulunya Gua ini merupakan taman air dan dikelilingi oleh sebuah danau, yaitu Danau Jati, tapi sekarang danaunya sudah kering dan dijadikan jalan raya. Bagian luar Gua Sunyaragi ini bermotif batu karang dan awan, cantik sekali.















Serunya mengunjungi situs budaya kaya gini tuh kalau ada pemandu wisata yang bisa ceritain asal usul tempat ini, tapi sayangnya waktu itu tidak ada guide yang nawarin diri, jadilah kami menelusuri tempat ini dengan imajinasi masing2 di kepala kami. Kontur Gua Sunyaragi tidak datar, ada bukit hijau kecil di bagian belakang, membuat kami tidak bosan menelusuri tiap jengkal tanahnya. Sayangnya waktu itu sudah menjelang jam 2 siang dan kami harus segera ke stasiun untuk balik ke Jakarta. Niatnya si mau beli oleh2 dulu sebelum pulang, tapi daripada ketinggalan kereta akhirnya kami lanjut terus langsung ke stasiun. Di saat yang lain asyik terlelap di kereta menuju Jakarta, diri ini masih asyik menikmati dan tak ingin rasanya mengakhiri momen2 yang terasa berjalan begitu lambat ini. 

Perjalanan ini sukses memberikan saya pengalaman baru dalam dunia traveling. Jika dunia ibarat sebuah buku, maka 1 halaman lagi yang selesai kubaca *sambil menanti tuk membaca ratusan atau bahkan ribuan halaman lagi.























*) all pictures were taken by bu cici meiske, bu sutradara, umur

Thursday, February 11, 2016

Tentang Aib

source: http://tabungwakaf.com/allah-menutupi-aib-kita/















 Every person you see has things Allah has hidden from you. Even a person that may seem like an angel, but deep down they are fighting the battle against their nafs. That's one of the blessings and mercy of Allah that He has hidden our faults from the sight of others.

Setiap manusia pasti punya cela, aib, dosa, yang tidak dilihat oleh orang lain. Aib, cela, dan dosa itu senantiasa ditutupi oleh Sang Pencipta sampai kita bisa berjalan di muka bumi ini dengan kepala tegak. Kebayang gak si kalau semua aib, cela, dan dosa kita itu diketahui oleh semua orang? Masih berani kah kita keluar rumah? Saya sih nggak, pasti malu banget. Sejatinya kita dianggap baik bukan hanya karena perbuatan2 kita tapi karena Dia yang telah menutupi aib-aib kita. Nah, kalau aib kita saja sudah ditutup dengan baik oleh-Nya, jangan diumbar lagi, apalagi aib orang lain. Sayangnya pergaulan jaman sekarang seakan kalau lagi kumpul bareng temen2 gak lengkap kalau gak ngomongin aib saudaranya, setiap kali terjebak di kondisi kaya gitu saya ngebayangin lagi makan bangkai orang yang sedang diomongin :(

Sudah seharusnya kita sibuk dengan aib, cela, dan dosa kita sendiri, tidak usah mengurus yang orang lain punya. Seandainya aib itu ada baunya, saya rasa gak ada orang yang mau duduk dekat2 dengan saya saking baunya. Bicara aib orang lain, aib ada 2 macam lho, (1) aib yang hubungannya langsung ke atas dengan Sang Pencipta, dan (2) aib yang hubungannya horizontal ke sesama manusia dan sifatnya merugikan orang lain. Untuk aib jenis kedua contohnya kaya mencuri, korupsi, dll. Aib yang seperti ini justru boleh untuk diungkap dan dicari kebenarannya, karena kalau nggak bisa membuat kerugian yang lebih besar. Nah, kalau aib yang jenis pertama itu gak perlu disebar-sebar, gausah kepo dan gosipin si pelaku, yang penting kita tetep nasihatin aja seperlunya tanpa menjudge. Beda ya, memberi nasihat dengan menghakimi.

Tuesday, February 2, 2016

Kata Mereka Tentang Rentak Harmoni


Dari kemarin ingin sekali nulis tentang Rentak Harmoni (RH) tapi apa daya diri ini masih terlalu emosional dan baper jadinya malah stuck bingung mau mulai dari mana, semua perasaan nyampur jadi satu persis kaya gado-gado. Jadilah iseng-iseng nanya temen2 yang nonton RH kemarin, tentang kesan dan hal positif apa yang mereka dapat setelah nonton RH. Mereka ini adalah orang yang tidak ada hubungannya dengan IM sama sekali, jadi pendapatnya saya rasa cukup objektif, sepenuhnya dari kacamata penonton.

Pertama dari nyokap dulu deh, beliau seneng banget karna ini pertama kali nonton drama musikal, dan ibuku baru tau anaknya bisa nyanyi *thanks to tim musik dan seluruh teman2 yang udah bantu sepenuh hati dan sabar melatih saya bernyanyi dengan benar*, tapi kemudian ibu mengeluh kenapa saya kerjanya marah-marah mulu di situ, hehehe. Ibu paling suka pas babak kedua setelah istirahat, karena babak pertama katanya lambat banget alurnya dan monoton. Favorit ibu sudah pasti Nara dan Sigra, suaranya bagus banget katanya, perempuannya pinter banget komunikasinya. Overall emosi nontonnya lengkap, ada sedih, tegang, lucu, tapi kebanyakan nari katanya *semacam ga rela liat anak lakinya joget2*



Berikutnya adalah pendapat teman2 kantor saya yang dengan terpaksa tanpa paksaan sama sekali nonton RH kemarin. Sebelumnya mau special thanks dulu ah buat bu bos mba Niar yang udah beli 3 tiket VVIP, dan bukan cuma itu tapi juga dukung saya banget, sampe belain saya untuk stay di Jakarta saat saya diminta tugas keluar kota selama 1 minggu di minggu terakhir latihan, thanks ya mbake, it means a lot :)

Supaya gak terlalu panjang saya rangkum aja pendapat mereka. Apa sih yang kalian dapet setelah nonton RH?
Andreas:
  • Perubahan yang lebih baik itu bagus, tapi jangan sampai mengorbankan semua kebiasaan baik yang harusnya dijaga atau ditanamkan turun temurun. Kita harus siap menghadapi perubahan yang terjadi, caranya dengan memperkaya pengetahuan yang kita punya
  • Persahabatan itu harus dijaga, karena persahabatan yang positif membantu kita untuk mengingatkan kalau kita salah jalan
  • Untuk melakukan hal positif itu dimulai dari hal kecil, ga perlu diliat orang, yang penting kita percaya yang kita lakukan itu benar.
  • Tetap hormati orang tua

Namira: Kesan gua tentang RH salut sama relawannya, disaat semua orang berjuang untuk diri masing-masing mereka masih meluangkan waktu berkegiatan positif untuk tujuan positif. Can't imagine my peer needs to keep practicing dialogue, choreography, and lyric as well while I know the workload at our office is superb, lol!

Gua paling suka kakek Smong, some of his quote made me shed my tears, ahahahah. We need to be good, do good, be positive no matter what how others does. "Tidak pernah ada yang selalu baik maupun selalu buruk. Kadang-kadang kita perlu bersentuhan dengan yang lebih baik untuk memahami kekurangan kita tapi kadang-kadang kita juga perlu bersentuhan dengan yang lebih buruk untuk mensyukuri kebaikan yang Tuhan anugerahkan pada kita. Kalian tahu Rwa Bhineda?" - Kakek Smong - Tapi endingnya cepet banget, gak diliatin prosesnya tau2 udah happy ending.

Niken: Suka sama lagu2nya, sama dialognya yang mengalir ringan, ditambah gimmick dan celetukan yang khas.Kalau soal jalan cerita honestly bisa kebaca dari awal. Durasinya juga kepanjangan, karna bawa bocah jadi agak waswas menjelang akhir karna udah malem banget. Gua suka spirit kalian as volunteers, totalitasnya, kebersamaannya, chemistry-nya. Suka banget pas all casts tampil bareng di akhir acara. Gw suka liat wajah2 yang ceria, bersemangat dan ga dibuat2. I really enjoyed the show. Gw sebagai penonton ngerasain energi positif kalian, dan menurut gua itu kesan yang paling penting.

Mba Inuk: Bagus banget, high quality! Aku pernah nonton Wicked di London, sama senengnya :). Aku paling ketawa pas segmen Sigra sama Lena dan keluarganya. Ayah Nara galak, aku takutt. Paling suka dialog Nara dan Sigra, "Kalau kamu bingung, tandanya kamu berpikir." "Sesuatu yang baik itu tidak akan membuat kamu resah." Karya anak2 muda Indonesia bagus2, satu lagi, pendidikan tinggi itu penting, tapi jangan sampai kehilangan nurani.


Mega: Suka musiknya! Dari ide ceritanya juga banyak pesan moral, yang bagian menjaga tradisi tapi tetap membuat maju itu. Pesannya disampaikan dengan simpel ya karna dimasukkin dialog2 kekinian juga. Cara menyampaikannya sih yang oke banget, gak bikin bosen, bisa ngikutin per adegan sampe akhir walaupun banyak adegannya. Tapi kekurangannya abis kegiatan ini selesai yaudah selesai gitu aja. Mungkin harus ada program lanjutannya kali ya, biar jagain momennya. (Ide bagus nih, seharusnya di buku acara dikasih juga informasi berbagai wadah positif yang bisa diikuti oleh para audiens yang berniat berkontribusi lebih melalui kerumunan positif).


Mba Niar: Banyak banget pelajaran yang kami (doi & suaminya) dapat, kami sangat berterima kasih sekali diundang (meski bayar), It worth more than what we've paid. Petuah2 dari kakek Smong jadi bikin hidup lebih semangat, bahwasanya di dunia yang penuh dengan segala masalah dan kegaduhan ini masih banyak kesederhanaan dan hal2 yang baik yang bisa membuat manusia itu bahagia dengan apa yang dia miliki, dan kami jadi malu dan bersyukur sama Tuhan.

Kalau aku sendiri yang sangat menyentuh adalah pada saat Ayah Nara menyuruh Nara pergi menuntut ilmu keluar dari kampungnya. Seluruh kejadian itu terjadi in real life gue, and my dad said exactly the same. Di adegan ini gw nangis seperti anak kecil, karena gw merasa gw belum berterima kasih atas pengorbanan orang tua gw saat itu, sementara saat ini gw udah menikmati hasil kerja keras dan keringat serta tetes air mata mereka saat melepas anak perempuan satu2nya pergi ke luar negeri untuk menuntut ilmu.

Di sini gua juga belajar jadi pemimpin yang bijaksana, bahwa pemimpin yang baik dan berhasil itu adalah yang tau apa yang menjadi kebutuhan rakyatnya/bukan apa yang mereka inginkan. Serta sesuatu yang baik itu tidak harus diubah/diganti untuk menjadi maju dan berkembang. Paling suka dialog kakek Smong yang ini: “Orang bilang ada kekuatan-kekuatan dahsyat yang tak terduga yang bisa timbul pada samudera, pada gunung berapi dan pada pribadi yang tahu benar akan tujuan hidupnya.” Kakek percaya kau yakin benar dengan tujuan hidupmu. Jadi, ke manapun langkahmu saat ini harus menuju, kau pasti akan terus melangkah ke tujuan yang sudah kau tetapkan. Kakek percaya suatu hari nanti kau akan melakukan satu hal yang dahsyat karena tujuanmu baik. Bersemangatlah!"

Itulah cuplikan testimonial dari para penonton RH, dari kesemua testimonial tersebut bisa disimpulkan bahwa pesan yang ingin kami sampaikan tersampaikan dengan sangat baik. Alhamdulillah doanya terkabul sudah. Semoga semakin banyak orang yang terinspirasi untuk berbuat lebih bagi ibu pertiwi. Salam Warita Dikara :)